Drabble, Family, Fan fiction, Romance

[Dahlia-Johnny] THE MOMENTS #1

[Dahlia-Johnny]
THE MOMENTS

Aku menghela napas kemudian menyandarkan punggungku ke kursi kerjaku yang sangat nyaman. Pekerjaan ini memang memberiku tekanan yang tinggi karena permintaan klien dan ekspektasinya yang tinggi. Sambil beristirahat sejenak dari layar laptop, aku mencoba merenggangkan punggungku.

“Kamu sudah menghela napas berapa kali dalam setengah jam ini?” sebuah suara membuatku menoleh ke kiri. Suamiku memandangku dari balik kacamata yang membuatnya terlihat… sangat sexy. Menggiurkan. Oh, andaikan aku bisa menelantarkan pekerjaan ini dan “menyantapnya” sekarang. “Kalau memang kamu capek, take a break dulu. Lanjutkan pekerjaannya nanti. Lagipula, bukannya kamu sudah menyerahkan semua pekerjaanmu pada Yerim? Kenapa masih ada yang kamu kerjakan?” Ia terlihat agak kesal karena sudah tiga hari belakangan ini aku berkutat dengan laptopku terus.

“Memang sih, semuanya sudah kuserahkan ke dia. Tapi yang satu ini… special request. Harus aku yang edit sampai selesai.” Aku menghampiri suamiku yang sedang duduk di sofa berukuran dua orang di dekat jendela dan duduk di pangkuannya. “Sabar sebentar lagi ya, Sayang? Semoga sebelum makan malam video-nya sudah selesai.” Kurangkum wajahnya dalam kedua tanganku sebelum kuhujani wajahnya dengan ciuman.

Pria yang lebih tua dua tahun daripadaku ini mengerucutkan bibirnya. Oh, menggemaskan sekali! “Jangan stress-stress, oke? Aku nggak mau anakku kena akibatnya kalau kamu kecapekan.” Ugh, mulai deh… sejak ia tahu bahwa kami akan memiliki anak di akhir tahun, ia selalu menyebut calon bayi kami dengan “anakku”. Padahal kami membuatnya berdua!

“Johnny Suh…” aku agak menggeram. “Harus berapa kali kubilang kalau anak ini anak “kita”? Bukan “anakmu” saja? Aku juga ambil bagian dalam membuatnya!” Kutekan pipinya dengan kedua telapak tanganku. “Sekali lagi aku mendengar kamu bilang “anakku”, dekor kamarnya akan aku yang putuskan semua. Kamu nggak boleh komentar apa-apa soal kamarnya nanti.”

Ia menenggelamkan wajahnya di antara leher dan bahu kananku. Aku dapat merasakan hembusan napasnya yang membuatku agak tergelitik. “Iya, iya. Anak kita, oke? Anak kita, kita yang buat berdua, kita yang memberikan setengah masing-masing dari kita untuk membuatnya menjadi utuh.” Duh, John… dari siapa sih kamu belajar merangkai kata-kata seperti itu? Pria berperawakan besar seperti beruang grizzly itu membuat pipiku merona dan wajahku terasa panas. Biasanya ia adalah orang yang blak-blakan dan irit kata. Saking jarangnya merayuku, bahkan aku tidak ingat kapan saja ia pernah mengucapkan kata-kata gombal.

“Sekarang aku lanjut bekerja lagi, ya?” Aku melepaskan diri dari pelukannya yang hangat dan kembali duduk di kursi kerjaku. Sementara ia juga kembali pada aktivitasnya sebelum kuhampiri tadi, yaitu membaca jurnal medis salah satu pasiennya.

_____

Maaf kalo cringe :’)

Terus nantiin sepenggal-sepenggal cerita Dahlia-Johnny ya~ cerita lainnya bisa diikutin di twitter @dahliagautier!